Selasa, 08 Juli 2014

Tenun Ikat Flores




Salam Hangat Kops, kali ini kita akan berbagi cerita tentang Tenun Ikat Flores, Tenun ikat sendiri merupakan warisan budaya Indonesia yang harus kita jaga kelestariannya, dan hampir semua daerah di Indonesia mempunyai hasil tenun ikat yang berbeda corak dan gaya, serta mempunyai arti dan filosofi tersendiri di setiap daerahnya. Salah satu contoh hasil tenun ikat tertua di Indonesia dan mempunyai arti serta filosofi yang tinggi adalah tenun ikat Flores dari Nusa  Tenggara Timur. 
Kain tenun ikat khas Flores adalah satu dari sekian banyak produk budaya tradisional khas Indonesia yang dibuat secara tradisional namun bernilai seni tinggi dan indah. Beberapa daerah di Flores merupakan sentra penghasil kain tenun ikat, di antaranya adalah Maumere, Sikka, Ende, Manggarai, Ngada, Nage Keo, Lio, dan Lembata di bagian timur Flores. Setiap daerah atau etnis memiliki ragam motif, corak dan preferensi warna yang berbeda-beda dalam membuat kain tenun ikat. Keragaman tersebut merupakan simbol-simbol yang merepresentasikan etnis, adat, religi, dan hal lainnya dari keseharian masyarakat Flores. 
Kain tenun khas daerah Sikka misalnya, biasanya selalu menggunakan warna gelap seperti hitam, coklat, biru, dan biru-hitam. Untuk motifnya, terdapat beberapa jenis yang khas, yaitu motif okukirei yang berdasarkan kisah tentang nenek moyang sub-etnis Sikka yang dulunya adalah pelaut ulung. Figur nelayan, sampan, udang, atau kepiting menjadi ciri khas bagi kain jenis motif ini. Terdapat pula jenis motif mawarani yang dihiasi dengan corak bunga mawar. Konon, motif ini merupakan motif khas yang khusus diperuntukkan bagi putri-putri Kerajaan Sikka. Motif ini kini menjadi favorit kaum perempuan. Sementara itu, tenunan di daerah Ende banyak menggunakan warna cokelat dan merah serta memadukannya dengan ragam hias motif bergaya Eropa. Hal ini karena letak strategis Ende di pesisir selatan Flores yang memungkinkan orang-orang Ende zaman dahulu mudah berhubungan dengan bangsa pendatang, seperti orang Eropa. Ciri khas lain motif kain tenun ikat Ende adalah penggunaan hanya satu jenis motif pada bidang di tengah-tengah kain. Proses pembuatan kain tenun tidak main-main, menghabiskan waktu kurang lebih 8 bulan (tergantung ukuran, warna dan motif) untuk satu buah sarung tenun siap pakai.
Bagi perempuan Flores, menenun juga merupakan harga diri dan harkat perempuan, karena menenun menjadi bekal wajib keterampilan bagi perempuan. Selain untuk membantu suami mereka secara finansial, tenun ikat  juga dijadikan sebagai mas kawin perempuan (dori). Jadi perempuan menenun di Flores bukan hanya menghasilkan produk kerajinan yang dapat membantu mereka secara ekonomi, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap diri serta harkat dan martabatnya. 
Untuk teman-teman kops kalau ke flores jangan lupa untuk membeli cendra mata dari tenun ikat flores. Cintailah produk – produk Indonesia kops… Asli. 


0 comments:

Posting Komentar